Friday, October 4, 2013

Cinta sejati dan bukan fiksi


Ketika kenangan menjerat kita dalam keterpurukkan. Ketika masa lalu tak mengizinkan kita untuk bahagia. Dan, ketika cinta yang baru mencampakkan dengan mudahnya. Apakah cinta sejati itu ada? Apakah kebahagiaan abadi akan menghampiri?

Setelah sekian lama, aku pun berharap jika cinta yang baru bisa membawa kebahagiaan itu. Sulit untuk memulai semuanya. Apalagi luka lama masih basah, masih menganga.

Aku heran dengan mereka. Orang-orang yang dengan mudahnya bilang jika aku terlalu perasa. Hey, bukankah kalian juga punya hati? Apakah kalian belum pernah mencintai seseorang dengan tulus? Hatiku memang tak selembut kapas. Aku mencintai dia karena memang aku cinta. Tanpa ada alasan fisik maupun materi.

Awalnya aku percaya, diluar sana pasti akan ada bahagia yang baru. Kebahagiaan yang bisa membuatku percaya kembali akan cinta. Meskipun aku belum jauh melangkah dan masih terseok-seok oleh masalalu, aku memberanikan diri untuk jatuh cinta lagi. Hingga pada akhirnya semua yang aku kira bisa menghadirkan bahagia baru,menolakku. Membuatku merasakan bahwa tak ada yang mencintaiku. Tak ada bahagia karena cinta.

Hal ini menambah keyakinanku, bahwa cinta sejati hanyalah bualan para pengarang sastra agar karyanya laku di pasaran. Cerita tentang happy ending hanyalah sebuah fiksi untuk mendongkrak popularitas mereka. Jauh dari kenyataan hidupku.

Mungkin karena terlalu sering tersakiti atau entah aku sendiri yang belum bisa membuka hati. Yang jelas aku belum bisa percaya akan adanya cinta yang bisa membahagiakan aku. Dan aku lelah. Lelah untuk menunggu cinta itu datang. Aku hanya bisa percaya kepada Allah. Bahwa Allah lah yang kelak akan meyakinkanku dengan caranya dan membahagiakanku dengan pilihannya.